|
Ketika Hujan Lebih Jujur Mengatakan Rindu
Jumat, 22 Agustus 2014
Kamis, 21 Agustus 2014
Hanya sebuah nama...
Tak lebih dari sesuatu
untuk menerka
Membaca rindunya
hujan
Gemercik yang jatuh
di pesakitan
Entah mengapa hujan selalu lebih jujur
mengungkapkan rindu, padahal tak ada yang menyambut kedatangannya, tak ada yang
mengenang sejuknya melainkan rintihan. Dan dingin.
Aku.. kau.. hujan.. dan rindu. Bukankah semua memiliki nada yang sama? Irama yang disembunyikan di saku
langit. Untuk terus menjadi tanda tanya.
Retorika kita.
* Terkadang... hidup memiliki caranya sendiri
untuk membuat kita mengerti
Rabu, 20 Agustus 2014
Pada sebuah nama. Pada cerita. Ku ingin mengingatmu lebih lama. Menyusuri lorong masa dimana kita pernah ada. meresapi birunya langit, jingga senja, dan keramahan hujan saat menyapa kita. Saat itu tak ada duka yang melintas. Sebab kau selalu berkata.. "ku jaga.. ku jaga kau dari air mata"
Lalu kita mainkan opera cinta dan perjalanan menuju surga. Di mana doa menjadi senandung terindah. Kekasih terhangat, yang tak ingin tertukar dengan apapun. Hanya cinta-Nya. Dan kekasih surga
Lalu kita mainkan opera cinta dan perjalanan menuju surga. Di mana doa menjadi senandung terindah. Kekasih terhangat, yang tak ingin tertukar dengan apapun. Hanya cinta-Nya. Dan kekasih surga
Jumat, 15 Agustus 2014
Apa malam juga membuatmu enggan tertidur, meski hujan menimangmu dengan ribuan tiup rindu. Apa masih kau lihat bayang itu sebagai peristiwa yang kau kenang dalam hatimu. Apa masih kau ingat, wajah bidadari pagi yang menunggu kereta.puisi-puisi. Melodi hujan. Dan syair sepi. Mungkin kau akan menghela nafas, sembari menikmati senyap malam. Dan ketika itu kau akan mengerti bahasa hujan.
* hujan masih memainkan melodi yang sama,tiup yang serupa..
Senja
Langganan:
Postingan (Atom)